Balita Penderita Anus Imperforata Butuhkan Uluran Tangan Pemerintah
BANDARLAMPUNG, RATUMEDIA.ID — Seorang warga Kelurahan Gulak-Galik, Kecamatan Teluk Betung Utara , kota Bandarlampung membutuhkan uluran tangan dari pemerintah untuk biaya operasi buah hatinya, Selasa (31/8).
Alisa Rasy, bayi mungil yang baru berusia dua minggu ini menderita penyakit Atresia Ani atau Anus Imperforata. Atresia Ani atau anus imperforata merupakan kelainan kongenital yang menyebabkan anus tidak terbentuk dengan sempurna. Akibatnya, penderita tidak dapat mengeluarkan tinja secara normal. Kondisi ini biasanya terjadi akibat gangguan perkembangan saluran cerna janin saat usia kehamilan 5–7 minggu.
Sari (31), seorang ibu rumah tangga yang baru dua Minggu melahirkan buah hatinya yang ke tiga, hanya bisa meratapi penyakit yang di derita oleh buah hatinya. Ia menceritakan, anak perempuannya yang berusia dua Minggu harus menahan sakit lantaran tidak bisa buang air besar melalui anus.
” Ya sedih, karena setiap mau buang air besar dia menangis. Buang air besarnya melalui vagina tidak melalui anus,” kata dia.
Ia menjelaskan, bahwa sejak anaknya lahir, ia dan keluarga sudah mencoba untuk membawa ke rumah sakit lantaran tidak memiliki biaya dan disuruh untuk mengurus BPJS.
” Kita sudah coba, pertama kita ke rumah sakit daerah kota Bandarlampung namun tidak ada alatnya. Setelah itu saya datang kerumah sakit umum Abdul Moeloek, disitu bisa dan ada alatnya. Namun, saya disuruh menyiapkan biaya atau mengurus BPJS,” jelas dia.
Menurut dia, di rumah sakit umum Abdoel Muloek tidak bisa menggunakan program P2KM untuk mengoperasi penyakit yang di derita anaknya, karena penyakit ini di luar program pemerintah.
” Gak menerima kalau pakai KK dan KTP kata pihak rumah sakit. Mereka beralasan harusnya dari provinsi bukan kabupaten kota. Saya gak punya KIS. Kalau KTP saya kota Bandarlampung, namun tetap saja, tidak bisa pakai KK dan KTP karena kata dokter bedahnya harus mengurus BPJS,” kata dia.
Dalam kesempatan ini, Sari meminta uluran tangan dari pihak pemerintah untuk membantu biaya pengobatan anaknya.
” Suami saya hanya pekerja buruh harian lepas, kami tidak punya cukup biaya. Kalau pakai umum, biayanya cukup besar, tapi saya kasihan melihat anak saya seperti ini, kita ini orang susah,” pinta Sari sambil berlinang air mata.
Sementara, Deklarasi (35) yang merupakan suami Sari berharap anaknya segera di operasi dengan mendapat bantuan dari pemerintah.
” Mohon perhatiannya, supaya anak saya segera di operasi dan bisa dibantu dengan biaya yang saya sendiri tidak mampu menyediakannya,” harap dia. (Nay)